Rabu, 21 Maret 2012

Kucing, Hewan Kesayangan Nabi Muhammad SAW

Bagi umat Islam, kucing adalah hewan kesayangan Nabi Muhammad SAW.

Dalam suatu kisah, Nabi Muhammad memiliki seekor kucing yang diberi nama Mueeza. Suatu saat, dikala nabi hendak mengambil jubahnya, ditemuinya kucing Mueeza sedang terlelap tidur dengan santai di atas jubah beliau. Tak ingin mengganggu hewan kesayangannya itu, nabi pun memotong belahan lengan yang ditiduri kucing Mueeza dari jubahnya. Ketika Nabi pulang kembali ke rumah, Muezza terbangun dan merunduk kepada majikannya. Sebagai balasan, nabi menyatakan kasih sayangnya dengan mengelus lembut ke badan mungil kucing itu.

Dalam aktivitas lain, setiap kali menerima tamu dirumah beliau, Nabi selalu menggendong Mueeza yang dipangku di paha beliau. Salah satu sifat Mueeza yang disukai Nabi, dia selalu mengeong ketika mendengar adzan, dan suara meongnya terdengar seperti mengikuti lantunan suara adzan. Kepada para sahabatnya, Nabi berpesan untuk menyayangi kucing peliharaan layaknya menyayangi keluarga sendiri.

Gambar prasasti miniatur kucing
di Kekaisaran Ottoman.
Beberapa diantara orang terdekat nabi juga memelihara kucing. Aisyah binti abubakar shiddiq, istri nabi amat menyayangi kucing, dan merasa amat kehilangan dikala ditinggal pergi oleh si kucing.

Abdurrahman bin sakhr al Azdi. diberi julukan Abu huruyrah (bapak para kucing jantan), karena kegemarannya dalam merawat dan memelihara berbagai kucing jantan dirumahnya.

Dalam syariat Islam, seorang muslim dilarang menyakiti kucing, berdasarkan hadits shahih yang diriwayatkan oleh Imam Muslim dari kisah Abdullah bin Umar dan Abu Hurairah.

Gambar suvenir kucing (patung kecil) di timur tengah.
Dalam buku yang berjudul Cats of Cairo, Baybars al zahir, seorang sultan dari dinasti mamluk yang terkenal, sangat menyayangi kucing. Al zahir sengaja membangun taman-taman khusus bagi kucing dan menyediakan berbagai jenis makanan didalamnya.

Tradisi ini akhirnya menjadi adat istiadat di berbagai kota-kota besar di Timur Tengah. Hingga saat ini, mulai dari Damaskus, Istanbul, hingga Kairo, dapat dijumpai kucing-kucing yang berkeliaran di pojok-pojok masjid dengan berbagai macam makanan yang disediakan oleh penduduk sekitarnya.

Mulai abad 13, sebagai manifestasi penghargaan masyarakat islam, rupa kucing dijadikan suvenir sebagai ukiran cincin para khalifah, termasuk porselen, patung hingga mata uang. Di dunia sastra, para penyair banyak membuat syair bagi kucing peliharaannya yang telah berjasa melindungi buku-buku mereka dari gigitan tikus dan serangga lainnya.

Dalam ilmu medis, banyak dokter tempo dulu yang menjadikan kucing sebagai terapi medis untuk penyembuhan tulang, melalui dengkuran gelombang suaranya yang setara dengan frekuensi 50 hertz. Dengkuran tersebut menjadi frekuensi optimal dalam menstimulasi pemulihan tulang.

Sumber : www.kucing.biz ;)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar